Selasa, 20 Desember 2011

TRAUMATIC OF MAHOPHOBIA (CHAPTER 1 : ADA CINTA DALAM BUS KOTA )

Gue agak traumatik kalau ngomongin masalah cinta-cintaan. Bukan hanya karena alasan gue pernah gagal, tapi ada banyak alasan yang bisa gue ambil. Salah satunya, tau kenapa? karena gue pernah dijadikan objek PDKT manusia yang unik, yaitu para maho.
Dari banyak teman cowok yang gue punya semenjak gue kecil dulu, nggak ada satupun yang suka sama sesama jenis, apalagi sampai suka sama gue.
Tapi, seiring perkembangan gue, gue waktu itu pun kenal dengan sesuatu di dunia lain yang bernama dunia maya atau internet. Gue sering berkecimpung di sana, gue pun lebih tahu tentang alam-alam liar di luar sana.
Berawal dari sebuah tempat chatting yang sampai sekarang masih agak banyak yang memakai, dan gue waktu itu sangat suka memakainya, yaitu mIRC. Waktu itu, gue masih umur sekitar 14 tahun. Gue masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

Waktu itu gue masih gaul atau alay. Di mIRC, gue sering buat username yang unik, misalnya “co_gantengz”,”co_kerenz”, atau sekedar nama gue. Gue nggak habis mikir betapa alaynya gue waktu itu dengan nama-nama yang gue pilih.
Awalnya gue seneng banget main-mainan di mIRC. Seneng banget ikutan main kuis trivia atau tebak-tebakan di salah satu channel. Sampai uang gue habis buat ke warnet terus, dengan maksud agar gue dapet peringkat top 5 di channel itu. Dan gue bersyukur, setelah berwindu-windu gue main, gue pun akhirnya nggak dapet.
Justru apa yang gue dapet di Mirc adalah apa yang nggak gue inginkan. Sejak saat itu, semua kesenangan yang gue temukan di mIRC pun musnah. Karena, akhirnya seseorang dengan username “co_17th” chatingan sama gue yang isinya kurang lebih kayak begini:

Co_17th : “Hai cowok..”
Gue : “Ya.. ada apa ya?”
Co_17th : “Udah punya pacar belum?”
Gue : “Belum.. kenapa ya?”
Co_17th : “mau jadi pacar gue nggak?”
Gue : “Hah? Kamu kan cowok mas..”
Co_17th : “Ya.. aku kan emang suka sama cowok.”
Gue : “Astaghfir..”
Co_17th : “Lho, kenapa? Salah ya?”
Gue : *sok pake bahasa inggris* Why you want to be my love? Are you don’t aware that love with a man instead you are a man too! Please get back to your God and confess for what you did! (sok ustadz)
Co_17th : Ngomong apa lo?
Gue : (hening) *log out mIRC*

Sejak saat itu, gue jarang main-main di mIRC lagi. Dan gue nggak tahu, apakah kehadiran gue masih ditunggu oleh “Co_17th” di mIRC. Apakah dia masih pengen menjadi pacar gue?
Setelah agak kapok main-main di mIRC, gue pun mengenal sebuah situs pertemanan baru lagi bernama Facebook selain Friendster yang waktu itu masih populer dan masih sering gue pakai.
Di Friendster, gue nggak pernah mengalami hal seperti yang gue alami di mIRC. Kehidupan gue di dunia maya sangat simple dan aman serta tentram di Friendster. Tapi, gue nggak tahu, kalau waktu itu syndrome alay gue makin memuncak dan menjadi-jadi. Gue malah sering memasukkan efek “glitter alias bling-bling” pada image di profil page gue. Atau menaruh foto alay gue besar dengan editan berupa bingkai-bingkai yang unyu di profile page gue. Sangat penuh dengan efek-efek kedipan di image yang kebanyakan bertuliskan “Thx 4 the Add” atau “Welcome To My Profile” itu. Nggak bisa ngebayangin, mungkin kalau profile page gue dibuka, monitor komputer bisa jadi alternatif pengganti lampu disko karena efek kedipan di gambar-gambar unyu itu. Mata visitor pun bisa kena rabun senja dini.
Sementara di Facebook, gue pernah mengalami tragedi mahophobia juga. Waktu kejadian masih agak mendingan karena pas itu gue sudah kelas X. Gue nggak bisa digoda lagi, karena gue sudah nggak polos dan gue sembuh dari penyakit alay yang kronis berkepanjangan.
Waktu itu, gue lagi asik-asik OL. Coret-coret dinding, colek sana colek sini, colek sabun dulit dan memakannya sambil facebookan. Tapi, semua keasyikan gue pun hancur saat tiba-tiba akun facebook bernama “Pa**u Love Si***an” mulai chattingan sama gue.

(Pa**u Love Si***an gue singkat PLS)

PLS : “haiiii... met cianx”
Gue :  “juga..”
PLS : “leh kenalan gak, anak mn nech?”
Gue : (hening lama)
PLS : “kok diem tow?”
Gue : “Anak Kudus..”
PLS : “kdse mn? kalo aq sblh utara prtigaan tugu jarum gribig”
Gue : (Dalam hati gue) “siapa yang tanya alamat rumah elo kampret?”
Gue : *go offline*

Gue nggak bales pesan chat itu lagi, apalagi untuk memberikan alamat rumah gue. Nggak mau tiba-tiba dia dateng ke rumah gue sambil bawa tetangga-tetangganya dan roti buaya.
Gue pun mengambil tindakan tepat dan langsung memblokir facebooknya.
Sebetulnya, apa yang akun “PLS” lakukan kepada gue masih agak mendingan daripada akun lain yang bernama “Aishiteru A**i K*n” yang juga pernah minta kenalan sama gue
Waktu itu, gue lagi membuka facebook gue dan gue direpotkan dengan notifikasi yang banyak banget. Setelah gue lihat, ternyata ada yang ngelike foto-foto gue. Setelah gue telisik lebih jauh, ternyata yang ngasih jempol ke foto-foto gue itu adalah anak cowok bernama akun seperti yang gue sebutin tadi. Awalnya, gue kira seorang cewek, eh ternyata malah seorang cowok yang unyu banget pake nama akun seperti itu.
Dan, gue nggak tahu kenapa dia nglakuin itu, juga untuk komentarnya yang bertuliskan “hy.. Slmt ya” di album foto gue.
Dalam hati gue bergejolak hebat, “Lo kira gue menang lomba apa di RT kok lo bisa ngasih selamat ke gue? Apa karena jempol bau yang lo kasih ke gue karena gak semua orang bisa ngedapetinnya?”
Gue pikir dalam hati, kenapa nih anak tiba-tiba ganjen sama gue gini?
Gue pun membiarkan komentarnya sendirian tanpa balasan di album foto gue.
Pas gue lagi OL, tiba-tiba gue malah dichat.

(Aishiteru A**i K*n gue singkat AAK)

AAK : “pagi..”
Gue : “juga..”
AAK : “anak mn ms..”
Gue : “Kudus..”
AAK : “kdse mn?”
Gue : “Bakalan Krapyak”
AAK : “ow..blh knl lbh dlm g mas tntg km?”
Gue : (hening, diem)
AAK : “kok diem”
Gue : (masih diem)
AAK : “kok diem ms”
Gue : (dalam hati gue) “Ancrit, gue diem karena gue pengen berak bego. Pengen banget berak kalo liat tulisan elo yang alay, dan sifat ganjen elo.”
Gue : *go offline*

Akun facebook “AAK” pun juga gue blokir.
Gue makin traumatik dengan yang namanya maho.
Sudah tiga kali, gue diajak kenalan sama anak homo. Dan mungkin gue akan mendapat rekor MURI kalau gue laporin kejadian ini, dengan rekor “digoda homo terbanyak”. Sangat nggak menyenangkan jika nama gue terpampang di rekor MURI tapi dengan rekor yang memalukan. Tampang gue juga bukan gigolo banget nih. -__-
Lalu, kenapa harus gue yang jadi korban mereka selama ini? Apakah gue anggota dari kumpulan mereka yang terbuang?
Jangan Tuhan, Jangan.. *muka melas*
Kenapa harus gue? Gue pun bertanya pada rumput yang bergoyang, tapi tanpa ada jawaban, dia malah diem.

Waktu berlalu. Traumatik gue pun agak berkurang.
Dan bahkan hilang ketika gue bertemu dengan seorang cewek di dalam bus saat gue berangkat sekolah, dan saat itu dia juga mau berangkat sekolah waktu itu.
Jadi, kita berdua sama-sama seorang pelajar. Yang membedakan adalah sekolah kita. Gue anak SMK dan dia anak SMA. Selain itu, pada penampilan pun berbeda. Iya, secara gue ini laki-laki dan dia itu perempuan.
Gue merasakan love at the first sight kali ini. Hati gue dag-dig-dug ser, liur gue netes-netes.
Gue pun coba pengen tahu namanya. Gue searching di internet, gue coba masuk ke situs sekolahnya, dan gue searching terus. Dan, akhirnya gue tahu namanya ternyata Meima(samaran).
Gue emang beda sekolah sama Meima. Tapi, gue nggak ngerasa perbedaan itu jadi penghalang usaha gue untuk ngedeketin dia. Biarpun seringkali gue minder sama temen-temennya dia anak SMA, gue usahain buang jauh-jauh minder itu. Meima sebenarnya adik kelas gue waktu di SMP dulu. Dan, itu bisa memudahkan gue untuk akrab sama dia nantinya.
Namun, entah kenapa sampai waktu yang lama pun gue nggak bisa deket sama Meima. Alasan pertama : emang belum waktunya, alasan kedua : gue ga ahli ngedeketin cewek.
Gue sebetulnya hampir selalu barengan dia di bus waktu berangkat atau pas pulang sekolah. Tapi, gue sama dia selalu jauh-jauhan di dalam bus. Pas di depan, gue hanya bisa ngliat dia dari belakang. Tapi pas waktu dia di belakang dan gue di depan, gue hanya bisa berharap gue punya mata di belakang kepala gue biar bisa liatin dia. Bodoh.
Berdasarkan penelitian yang gue lakuin di internet juga, ternyata Meima adalah cewek yang agak tomboy. Gue nggak tahu apakah ini termasuk keuntungan bagi gue untuk deket sama dia atau nggak.
Untuk deket dengan Meima, gue tentu nggak bisa bekerja sendirian, karena seperti yang gue ceritain tadi, gue nggak pengalaman masalah beginian.
Gue pun merekrut 2 agen yang professional atau bisa gue bilang tim sukses gue, yang ironisnya nggak pernah gue bayar sama sekali. Mereka adalah Ubed dan Thrisna.
Ubed adalah tim sukses gue di bidang media sebagai seorang paparazzi. Kemampuan si Ubed mengambil foto atau video secara sembunyi-sembunyi sudah gak dapat gue ragukan lagi. Gue saja pernah jadi korban waktu tidur enak-enakan di bus. Kelihatan kalau hobinya sering bersembunyi di lubang kakus dan motret orang-orang lagi mandi.
Sedangkan yang satunya yaitu Thrisna adalah tim sukses gue di bidang konsultasi. Konsultan gue yang tentu saja juga gak pernah gue bayar. Thrisna selalu ngasih solusi ke gue. Dan, kemampuannya juga gak bisa gue ragukan. Pengalaman banget kalau masalah cinta-cintaan. Udah dari sononya kali ya orang yang namanya bermakna “Cinta” ini sangat pintar hal-hal beginian karena pengalamannya? Mungkin dulunya dia sangat terkenal di kalangan tante-tante dan sering digrepek-grepek.
Hari-hari terasa indah ketika gue sedang jatuh cinta. Setiap hari di dalam bus, gue pasti sering tak tenang untuk ketemu Meima di bus. Tapi, nggak sering-sering juga, kita ketemu.
Karena Meima, gue di bus sekarang jarang menghabiskan waktu untuk tiduran. Selain untuk menghindari paparazzi Ubed melakukan aksinya, gue juga pengen ngelihatin Meima di bus.
Saat gue ketemu Meima, gue selalu perhatikan secara seksama gerak-gerik dan penampilannya.
Cara berjalan Meima menurut gue biasa saja, nggak menekankan goyang-goyang pinggul kayak bebek genit yang lagi sembelit.
Penampilannya pun simpel. Nggak pakai perhiasan yang berlebihan (atau mungkin karena dia tomboy) dan nggak pernah pake jaket. Rambutnya selalu dicukur pendek dan biasanya dikuncir belakang. Di tasnya, tergantungkan sebuah gantungan kunci yang berbentuk bola softball dan pemukulnya dan biasanya ada sebuah topi yang selalu menempel di tasnya kemanapun dia pergi. Tasnya pun super gedhe dan overload, membuat orang-orang yang ngelihat dia berpikiran kalau dia kabur dari rumah. Atau, sebagai utusan teroris.
Dan yang baru gue tahu dari pendapat Thrisna, ternyata tas yang dia pake sengaja dia ulur panjang menutupi ‘bagian belakang’nya. Rasa penasaran gue pun juga terjawab, kenapa kalau di dalam bus dia pasti masih memakai tasnya dibelakang. Itulah alasannya.
Telah banyak perjuangan dan pengorbanan yang gue lakukan untuk Meima. Dan semua yang gue lakukan, tak lain dan tak bukan adalah buah inspirasi dari guru gue sendiri. Ya, elo heran? Emang guru gue sendiri yang mengajarkan bagaimana memutasikan cinta dan pengetahuan. Beliau justru menyuruh kita” untuk pacaran, namun hanya untuk penyemangat saja, bukan untuk yang lain. Beliau juga pernah mengayuh sepeda sejauh 50 kilo dulu pas lagi masa-masa remajanya hanya untuk ketemu sama pacarnya.
Gue sangat salut dengan orang-orang yang berjuang mati-matian demi orang lain. Apalagi untuk membuat orang lain bahagia dan senang, walaupun harus mengorbankan jiwa dan raga.
Tapi, kalau guru gue tadi nyuruh untuk pacaran dan harus pacaran itu berarti sebuah nilai untuk studi gue, gue pasti nggak bakal naik kelas. Dan terpaksa, harus digrepek-grepek sama tante-tante, parahnya lagi sama om-om.
Dari diri Meima, gue sangat salut sama kesederhanaannya. Dan harga dirinya yang dijaga ketat sekali, sampai-sampai gue sekalipun nggak bisa menerobosnya. Gue kadang senyam-senyum gak jelas kalau nginget keluguan dibalik sifat tomboynya.

“Meima, dari sekian banyak cewek di dunia ini, sebenernya cewek seperti elo itu sangat jarang dan langka. Elo itu unik, gue suka banget sama elo. Andai saja gue udah akrab sama elo. Andai saja, kita tak begitu berbeda.” *merenung di toilet*
Dan, gue pun akhirnya sadar, perbedaan di dalam cinta itulah yang membuat cinta itu indah. Perbedaan itu yang membuat cinta lebih kuat. Perbedaan itu yang membuat suatu pasangan saling mengisi dan menyeimbangkan satu sama lain. Perbedaan tak selamanya menjadi masalah. Seperti harapan gue, untuk perbedaan gue dan Meima.

0 komentar:

Posting Komentar